Selasa, 15 November 2011

B. Akupunture Like Transcutaneous Electical Nerve Stimulation (AL-TENS)


Secara umum Transcutaneous Electical Nerve Stimulation (TENS)  merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf atau jaringan tubuh lain melalui permukaan kulit. Batasan ini mempunyai makna bahwa apapun nama arus yang digunakan seperti arus diadinamik, arus interferensi, arus trabert, arus faradik, arus tipe faradik, arus TENS. Sedang secara khusus TENS merupakan jenis arus listrik yang mempunyai parameter tertentu dalam hubungannya dengan durasi fase, frekuensi arus, bentuk gelombang dengan segala modifikasinya (Parjoto, 2006).
1.    Jenis-jenis TENS
Menurut Jonhson (2000) yang dikutip oleh Parjoto (2006) membedakan TENS menjadi tiga tipe yaitu: (1) tipe konvensional, (2) Acupunture-like TENS (Al-TENS),  (3) tipe intense.
Acupunture-like TENS (AL-TENS) dengan spesifikasi yaitu; target arus adalah mengaktivasi motorik dan serabut sensorik dengan sasaran golongan IIIb atau A delta. Penempatan elektrode pada motor point  atau miotom sesuai daerah nyeri, sifat pulsa: burst, dengan frekuensi 80-100 pps, durasi 100 – 200 mikrodetik, amplitudo sampai ada kontraksi otot yang nyata tetapi nyaman, lama terapi jangan lebih 20 menit.
2.    Mekanisme AL-TENS dalam modulasi nyeri
Mekanisme AL-TENS dalam hubungannya dengan memodulasi nyeri menurut Johnson (2000) yang dikutip oleh Parjoto (2006) adalah mekanisme ekstrasegmental.
TENS yang menginduksi aktifitas aferen yang berdiameter kecil juga manghasilkan analgesia tingkat ekstrasemental melalui aktivasi struktur yang membentuk jalanan inhibisi desenderen seperti periaqueductal grey matter (PAG), nucleus rape magnus (NRM) dan nucleus raphe gigantocellularis (NRG). Kontraksi otot punggung bawah (erector spine) yang dihasilkan oleh AL-TENS akan membangkitkan aktifitas aferen motorik kecil (ergoreseptor) yang berujung pada aktivasi jalanan inhibisi nyeri desenderen, sehingga nyeri punggung bawah bisa berkurang. Analgesia yang dihasilkan oleh stimulasi TENS terhadap A delta pada binatang percobaan mengalami penurunan saat dilakukan transeksi spinal, hal ini menunjukkan adanya peran ekstrasegmental pada peristiwa tersebut (Chung dkk, 1984 dikutip oleh Parjoto, 2006).
Sjolund (1988) dikutip oleh Parjoto (2006) membuktikan bahwa antinosisepsi yang dihasilkan oleh aktivasi aferen motorik kecil lebih besar dibandingkan aktivasi aferen kulit yang ditimbulkan oleh TENS frekuensi rendah (2 burst per second).
Dalam hubungannya dengan endorfin AL-TENS lebih berkorelasi dengan mediator endorfin dibandingkan dengan TENS Konvensional. Sjolund (1977) dikutip oleh Parjoto (2006) mengemukakan bahwa AL-TENS meningkatkan level endorfin pada cairan serebrospinal pada 9 pasien yang menderita nyeri kronik dan analgesia yang terjadi dapat diturunkan dengan pemberian nalokson (Sjolund dan Eriksson, 1979 dikutip oleh Parjoto, 2006). Namun nalokson ternyata gagal mengubah kualitas analgesia pada pasien yang diberi TENS Konvensional ( Harisson dkk,1986 dikutip oleh Parjoto, 2006)

3.    Kontraindikasi TENS
Kontrandikasi TENS menurut Jonhson (2000) yang dikutip oleh Parjoto (2006) yaitu: kontraindikasi relatif hanya sedikit dan sebagian besar hanya bersifat hipotetis karena data yang berhubungan dengan pernyataan tersebut masih sangat sedikit. Meski demikian fisioterapi harus berhati-hati sewaktu memberikan TENS pada kondisi  (1) epilepsi, (2) nyeri yang diagnosa kausanya belum jelas, (3) pasien dengan alat pacu jantung, (4) kehamilan dan penempatan pada uterus. TENS jangan ditempatkan pada (1) sinus karotikus, (2) pada kulit yang terbuka, (3) di dalam mulut, (4) pasien dengan gangguan sensasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar