Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7
buah tulang servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah
tulang sakral.
Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia
berapapun, tetapi tulang sakral dan koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu
tulang sakum dan koksigeus (Cailliet,
1981 dikutip
oleh Kuntono, 2007).
Kolumna vertebralis
mempunyai lima fungsi utama, yaitu: (1) menyangga berat kepala dan dan batang
tubuh, (2) melindungi medula spinalis, (3) memungkinkan keluarnya nervi
spinalis dari kanalis spinalis, (4) tempat untuk perlekatan otot-otot, (5)
memungkinkan gerakan kepala dan batang tubuh (Seelley dan Stephens, 2001
dikutip oleh Yanuar, 2003).
Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan
membesar sampai mencapai maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil sampai apex dari tulang koksigeus. Struktur demikian dikarenakan beban
yang harus ditanggung semakin membesar dari cranial
hingga caudal sampai kemudian beban
tersebut ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui articulatio sacroilliaca. Korpus vertebra selain dihubungkan oleh diskus
intervertebralis juga oleh suatu persendian sinovialis yang memungkinkan
fleksibilitas tulang punggung, kendati hanya memungkinkan pergerakan yang
sedikit untuk mempertahankan stabilitas kolumna vertebralis guna melindungi
struktur medula spinalis yang berjalan di dalamnya. Stabilitas kolumna
vertebralis ditentukan oleh bentuk dan kekuatan masing-masing vertebra, diskus
intervertebralis, ligamen dan otot-otot (Moore, 1999 dikutip oleh Yanuar,
2002).
Vertebra lumbalis terletak diregio punggung bawah antara
regio torakal dan sakrum. Vertebra pada regio ini ditandai dengan korpus
vertebra yang berukuran besar, kuat dan tiadanya costal facet. Vertebra lumbal ke 5 (VL5) merupakan vertebra yang
mempunyai pergerakan terbesar dan menanggung beban tubuh bagian atas (Yanuar,
2002).
Menurut Adam et al (1989); Bagduk (1997); Morris (1980)
dikutip oleh Auliana (2003) setiap vertebra lumbal dibagi atas 3 set elemen
fungsional yaitu :
- Elemen anterior atau korpus vertebra
Merupakan komponen utama dari kolumna vertebralis. Berfungsi
untuk mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra
bukan saja dari berat badan, tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung.
- Elemen posterior
Elemen posterior berfungsi untuk mengatur kekuatan pasif dan
aktif yang mengenai kolumna vertebralis dan juga mengatur gerakannya. Prosesus
artikularis memberikan mekanisme locking
yang menahan tergelincirnya ke depan dan terpilinnya korpus vertebra. Prosesus
spinosus, transversus, mamilaris dan aksesorius menjadi tempat melekatnya otot
sekaligus menyusun pengungkit untuk memperbesar kerja otot-otot tersebut.
Lamina merambatkan kekuatan dari prosesus spinosus dan prosesus artikularis
superior ke pedikel sehingga ia rentan terhadap trauma seperti fraktur pars
artikularis.
- Elemen tengah
Elemen tengah terdiri dari pedikel. Pedikel berfungsi
menghubungkan elemen posterior dan anterior, memindahkan kekuatan yang
mengontrol dari elemen posterior ke anterior.
Vertebra sakrum merupakan tulang yang berbentuk segitiga dan
merupakan fusi dari kelima segmen vertebra segmen sakral. Sakrum berperan dalam
stabilisasi dan kekuatan dari pelvis serta mentransmisikan berat badan tubuh ke
pelvis (Yanuar, 2002).
Persendian pada kolumna vertebralis ada 2 yaitu persendian
antara 2 korpus vertebra (amphiarthrodial)
dan antara 2 arkus vertebra (arthrodial).
Persendian ini membentuk apa yang disebut motion
segmen (Bagduk, 1997; Finneson, 1980 dikutip oleh Auliana, 2003). Persendian
antara 2 vertebra disebut persendian amfiartrodial dimana permukaan tulang
dihubungkan baik oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamen interoseus,
sehingga pergerakan menjadi terbatas tetapi bila keseluruhan vertebra bergerak
maka rentang gerakan dapat diperhitungkan (Finneson, 1980 dikutip Auliana,
2003).
Persendian amfiartrodial melibatkan komponen-komponen
sebagai berikut:
- Diskus intervertebralis
Diskus intervertebralis merupakan suatu bantalan penghubung
antar dua korpus vertebra yang di desain untuk menahan beban peredam getaran (shock absorbers) selama berjalan, melompat,
berlari dan memungkinkan terjadinya gerakan kolumna vertebralis (Kurnia M, 2006;
Yanuar, 2002).
Menurut Bagduk, 1997; Cailliet,
1976; Finneson, 1980 dikutip oleh Auliana, 2003 diskus intervertebralis terdiri
dari 3 komponen yaitu :
1)
Nukleus sentralis pulposus gelatinous
Nukleus pulposus terdiri dari
matrik proteoglikans yang mengandung sejumlah air (±80%), semitransparan, terletak ditengah dan tidak
mempunyai anyaman jaringan fibrosa.
2)
Anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus
pulposus
Anulus fibrosus merupakan suatu
cincin yang tersusun oleh lamellae
fibrocartilogenea yang konsentris yang membentuk circumfereria dari diskus intervertebralis. Cincin tersebut
diselipkan di cincin epifisis pada fasies artikularis korpus vertebra.
Serabut-serabut yang menyusun tiap lamella berjalan miring dari satu vertebra
ke vertebra lainnya, serabut-serabut dari suatu lamella secara khas berjalan
pada sisi kanan menuju yang berdekatan. Pola seperti ini, walaupun memungkinkan
terjadinya suatu gerakan antar dua vertebra yang berdekatan juga berfungsi
sebagai pengikat yang erat antar dua vertebra tersebut (Moore, 1999; Young,
2000 dikutip oleh Yanuar, 2002).
3)
Sepasang vertebra endplate yang mengapit nukleus
Sepasang vertebra endplate adalah merupakan permukaan
datar teratas dan terbawah dari suatu diskus intervertebralis.
Fungsi mekanik diskus
intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang diletakkan di antara ke
dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang merata bekerja pada
vertebra maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh diskus
intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nukleus
polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain
yang berlawanan. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra
seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi (Cailliet, 1981 dikutip oleh Kuntono,
2007). Diskus intervertebralis sendiri merupakan jaringan non innervasi dan non
vaskuler sehingga apabila terjadi kerusakan tidak bisa terdeteksi oleh pasien
meskipun sudah berlangsung dalam waktu lama (Parjoto, 2006).
- Ligamen longitudinal anterior
Ligamen longitudinal anterior melapisi dan menghubungkan
bagian anterolateral korpus vertebra dan diskus intervertebralis, terbentang
dari permukaan anterior sakrum hingga ke tuberkulum anterior vertebra servikal
1 dan tulang oksipital di sebelah anterior foramen magnum. Ligamen ini melekat
pada korpus vertebra dan diskus intervertebralis (Yanuar, 2002). Fungsi ligamen
anterior tersebut adalah untuk memelihara stabilitas pada persendian korpus vertebralis dan
mencegah hiperekstensi kolumna vertebralis (Parjoto,
2006; Yanuar, 2002).
- Ligamen longitudinal posterior
Ligamen longitudinal posterior lebih sempit dan lebih lemah
dari ligamen anterior, terbentang dalam kanalis vertebralis di dorsal dari
korpus vertebralis. Ligamen ini melekat pada diskus intervertebralis dan tepi
posterior dari korpus vertebra mulai vertebra servikal 1 sampai sakrum.
Ligamentum ini dilengkapi akhiran saraf nyeri (nociceptor). Ligamen posterior berperan mencegah hiperfleksi
kolumna vertebralis serta mencegah herniasi diskus intervertebralis (Yanuar,
2002).
Persendian antara 2 arkus vertebra (arthrodial) dibentuk oleh prosesus artikularis superior dari 1 vertebra
dengan prosesus artikularis inferior vertebra di atasnya disebut sebagai zygapophyseal joint/facet joint atau
sendi faset (Bagduk, 1997; Finneson, 1980 dikutip oleh Auliana, 2003). Arah
permukaan sendi faset mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan
permukaan sendi faset. Di regio lumbal, sendi fasetnya memiliki arah arah
sagital dan medial, sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi dan
lateral fleksi, namun tidak memungkinkan terjadinya gerakan rotasi (Yanuar,
2002). Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi lumbal) kedua faset saling
mendekat sehingga gerakan kelateral, obique
dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis
dikurangi) kedua faset saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan ke lateral berputar
(Cailliet, 1981 dikutip oleh Kuntono, 2007).
Ligamen-ligamen yang memperkuat persendian di kolumna
vertebralis regio lumbal adalah :
a.
Ligamen
flavum
Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina
dari dua arkus vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar
diregio servikal, lebih tebal di regio torakal dan paling tebal di regio
lumbal. Ligamen ini mencegah terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga
mencegah terjadinya cidera di diskus intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat
dan elastis membantu mempertahankan kurvatura kolumna vertebralis dan membantu
menegakkan kembali kolumna veretbralis setelah posisi fleksi (Yanuar,
2002).
b.
Ligamen
interspinosus
Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan
prossesus spinosus mulai dari basis
hingga apex, merupakan ligamen yang lemah
hampir menyerupai membran (Yanuar, 2002)
c.
Ligamen
intertranversus
Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan
prossesus tranversus yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan
bersifat membranosa (Yanuar, 2002).
d.
Ligamen
supraspinosus
Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di
daerah apex vertebra servikal ke 7
(VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial bergabung dengan
ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai tali (Yanuar, 2002).
Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai
dengan fungsi gerakannya. Otot yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap
tegak dan secara aktif mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah : m. quadraus
lumborum, m. sacrospinalis, m. intertransversarii dan m. interspinalis. Otot
fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup : m. obliqus eksternus
abdominis, m. internus abdominis, m. transversalis abdominis dan m. rectus
abdominis, m. psoas mayor dan m. psoas minor. Otot latero fleksi lumbalis adalah
m. quadratus lumborum, m. psoas mayor dan minor, kelompok m. abdominis dan m.
Intertransversarii. Jadi dengan melihat fungsi otot punggung di bawah berfungsi
menggerakkan punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri (Kuntono, 2007).
Medulla spinalis dilindungi oleh vertebra.
Radik saraf
keluar melalui kanalis spinalis, menyilang diskus intervertebralis di atas foramen
intervertebralis.
Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu ramus anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut mempersarafi sendi faset. Akibat berdekatnya struktur tulang vertebra dengan radik saraf cenderung rentan terjadinya gesekan dan jebakan radik saraf tersebut. Semua ligamen, otot, tulang dan sendi faset adalah struktur tubuh yang sensitif terhadap rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris. Kecuali ligamen flavum, diskus intervertebralis dan ligamentum interspinosum, karena tidak dirawat oleh saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri. Nyeri punggung bawah sering berasal dari ligamentum longitudinal anterior atau posterior yang mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari fasies artikularis vertebra beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri. Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena aktivitas motor neuron, ischemia muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat (Zimmermann M, 1987 dikutip oleh Kuntono, 2007).
Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu ramus anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut mempersarafi sendi faset. Akibat berdekatnya struktur tulang vertebra dengan radik saraf cenderung rentan terjadinya gesekan dan jebakan radik saraf tersebut. Semua ligamen, otot, tulang dan sendi faset adalah struktur tubuh yang sensitif terhadap rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris. Kecuali ligamen flavum, diskus intervertebralis dan ligamentum interspinosum, karena tidak dirawat oleh saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri. Nyeri punggung bawah sering berasal dari ligamentum longitudinal anterior atau posterior yang mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari fasies artikularis vertebra beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap nyeri. Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena aktivitas motor neuron, ischemia muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat (Zimmermann M, 1987 dikutip oleh Kuntono, 2007).
1. Biomekanika
Komponen Vertebra
Medula spinalis merupakan struktur
yang mudah bergerak yang digantung oleh akar saraf dan ligamen dentatum. Bila
vertebra bergerak, pada awalnya dapat menyebabkan terlipat atau tidak
terlipatnya medula spinalis. Sepanjang medula spinalis dapat menyesuaikan diri,
maka medula spinalis tidak bergerak naik-turun dalam kanalis spinalis. Perubahan
panjang medula spinalis sewaktu terjadi ketegangan (tension), sekitar 70-75% dalam bentuk terlipat dan tidak terlipat,
sisanya dalam bentuk elongasi oleh sifat deformasi elastik. Sifat dapat
meregang dari medula spinalis tercatat dalam bentuk bifasik, awalnya ia sangat
elastis dan memanjang lebih dari 10%, untuk peregangan lebih dari itu
dibutuhkan kekuatan yang lebih besar. Perubahan panjang medula spinalis diikuti
secara simultan oleh perubahan pada area
cross sectional dengan cara menurun pada waktu tegang (tension) dan meningkat sewaktu kompresi (Auliana, 2003)
Kekuatan vertebra dalam menahan
beban pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan elemen tulang. Secara anatomis,
tiap vertebra telah menyesuaikan bentuk dan ukuranya sebagai refleksi dari beban
yang diembannya, sehingga tampak bertambah ukurannya mulai dari regio servikal
sampai lumbal. Persendian faset mengemban 18% beban kompresi, 45% kekuatan
torsional dan sejumlah stabilitas vertebra lainnya, tergantung dari arah
orientasi faset (Auliana, 2003).
Diskus intervertebralis relatif
resisten terhadap kegagalan menghadapi beban kompresi. Vertebral end plate biasanya yang terlebih dahulu kalah baik pada
diskus normal maupun yang telah mengalami degenerasi terutama oleh beban
torsional. Beban pada vertebra terbukti sangat bervariasi, tergantung postur
dan beban eksternal. Pada L3-L4 sesorang yang sedang duduk, tekanan
intradiskalnya lebih tinggi dibanding waktu berdiri, tetapi tekanan paling
rendah sewaktu seseorang berbaring terlentang (Auliana, 2003).
Struktur ligamen pada vertebra harus
mampu memerankan fungsi ganda yaitu memungkinkan gerakan fisiologis vertebra
disamping menahan gerakan vertebra yang melampaui batas. Sebagai contoh pada
waktu ekstensi panjang ligamen flavum berkurang 10%, tetapi tidak menekuk ke
dalam kanalis spinalis oleh karena masih dibawah 15% yang dianggap sebagai
pretension. Pada fleksi penuh, ligamen mampu memanjang sampai 35%. Di luar
range ini ligamen menjadi sangat kaku dan tidak dapat berelongasi lagi (Auliana,
2003).
Gerakan yang terjadi pada regio
lumbal meliputi fleksi-ekstensi, yang mempunyai luas gerak sendi sebesar 20/35
– 0 – 40/60 pada bidang sagital posisi pasien berdiri anatomis. Pada gerak
fleksi terjadi slide ke anterior dari korpus vertebra sehingga terjadi
penyempitan pada diskus intervertebralis bagian anterior dan meluas pada bagian
posterior. Gerak lateral fleksi yang mempunyai luas gerak sendi sebesar 15/20 –
0 – 15/20 pada bidang frontal posisi pasien berdiri anatomis. Pada gerak
lateral fleksi, korpus pada sisi ipsilateral saling mendekat dan saling melebar
pada sisi kontralateral. Gerak rotasi yang mempunyai luas gerak sendi sebesar
45 – 0 – 45 pada bidang transversal, posisi pasien duduk anatomis dimana gerak
rotasi ini daerah lumbal hanya 2 derajat persegmen karena dibatasi oleh sendi
faset (Hall, 1953).
Mekaniaka columna vertebralis
netral didefinisikan sebagai adanya lordosis servikal dan lumbal yang normal
dan kifosis torakal dan sakral. Frytte dan Greenman menyatakan mekanika normal
adalah saat sendi faset tidak bekerja. Pada kondisi ini, gerakan lateral fleksi
pada columna vertebralis akan menghasilkan rotasi pada sisi yang berlawanan.
Hal ini dikenal dengan mekanika tipe 1 dan terjadi di regio torakal dan lumbal.
Jika gerakan fleksi atau ekstensi dilakukan pada region tersebut, sendi faset
akan bekerja dan akan mengontrol pergerakan vertebra. Pada saat demikian,
lateral fleksi dan rotasi berada pada satu sisi. Hal ini dinamakan mekanika
tipe 2 atau mekanika non-netral dan terjadi di regio torakal atau lumbal saat
fleksi atau ekstensi (Moore,1999;
Seeley, 2003; Carola, 1990 dikutip oleh Yanuar, 2002).
Mas hartanto, saya melihat web anda sering berada di halaman depan, web anda bisa jadi penghasil uang, caranya mudah, cukup daftar sebagai pemasar website kami alatkesehatan.web.id di sana banyak alat-alat fisioterapi yang bisa anda pasarkan di web anda. Jika terjadi penjualan dari pengunjung web anda maka anda akan dapat komisi. Daftar sekali nikmati royaltinya selamanya. Daftar gratis
BalasHapusmaaf sebelumnya mas, bisa dicantumkan daftar pustakannya tidak?
BalasHapusterimakasih