Secara umum Transcutaneous Electical Nerve Stimulation (TENS)
merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem
saraf atau jaringan tubuh lain melalui permukaan kulit. Batasan ini mempunyai
makna bahwa apapun nama arus yang digunakan seperti arus diadinamik, arus
interferensi, arus trabert, arus faradik, arus tipe faradik, arus TENS. Sedang
secara khusus TENS merupakan jenis arus listrik yang mempunyai parameter
tertentu dalam hubungannya dengan durasi fase, frekuensi arus, bentuk gelombang
dengan segala modifikasinya (Parjoto, 2006).
1. Jenis-jenis
TENS
Menurut Jonhson (2000) yang dikutip oleh Parjoto (2006)
membedakan TENS menjadi tiga tipe yaitu: (1) tipe konvensional, (2) Acupunture-like TENS (Al-TENS), (3) tipe intense.
Acupunture-like TENS (AL-TENS) dengan
spesifikasi yaitu; target arus adalah mengaktivasi motorik dan serabut sensorik
dengan sasaran golongan IIIb atau A delta. Penempatan elektrode pada motor point atau miotom sesuai daerah nyeri, sifat pulsa:
burst, dengan frekuensi 80-100 pps, durasi 100 – 200 mikrodetik, amplitudo
sampai ada kontraksi otot yang nyata tetapi nyaman, lama terapi jangan lebih 20
menit.
2. Mekanisme
AL-TENS dalam modulasi nyeri
Mekanisme AL-TENS dalam hubungannya dengan memodulasi nyeri
menurut Johnson (2000) yang dikutip oleh Parjoto (2006) adalah mekanisme
ekstrasegmental.
TENS
yang menginduksi aktifitas aferen yang berdiameter kecil juga manghasilkan
analgesia tingkat ekstrasemental melalui aktivasi struktur yang membentuk
jalanan inhibisi desenderen seperti periaqueductal
grey matter (PAG), nucleus rape
magnus (NRM) dan nucleus raphe
gigantocellularis (NRG). Kontraksi otot punggung bawah (erector spine) yang dihasilkan oleh
AL-TENS akan membangkitkan aktifitas aferen motorik kecil (ergoreseptor) yang
berujung pada aktivasi jalanan inhibisi nyeri desenderen, sehingga nyeri
punggung bawah bisa berkurang. Analgesia yang dihasilkan oleh stimulasi TENS
terhadap A delta pada binatang percobaan mengalami penurunan saat dilakukan
transeksi spinal, hal ini menunjukkan adanya peran ekstrasegmental pada
peristiwa tersebut (Chung dkk, 1984 dikutip oleh Parjoto, 2006).
Sjolund (1988) dikutip oleh Parjoto (2006) membuktikan bahwa
antinosisepsi yang dihasilkan oleh aktivasi aferen motorik kecil lebih besar
dibandingkan aktivasi aferen kulit yang ditimbulkan oleh TENS frekuensi rendah
(2 burst per second).
Dalam hubungannya dengan endorfin AL-TENS lebih berkorelasi
dengan mediator endorfin dibandingkan dengan TENS Konvensional. Sjolund (1977) dikutip
oleh Parjoto (2006) mengemukakan bahwa AL-TENS meningkatkan level endorfin pada
cairan serebrospinal pada 9 pasien yang menderita nyeri kronik dan analgesia
yang terjadi dapat diturunkan dengan pemberian nalokson (Sjolund dan Eriksson,
1979 dikutip oleh Parjoto, 2006). Namun nalokson ternyata gagal mengubah
kualitas analgesia pada pasien yang diberi TENS Konvensional ( Harisson
dkk,1986 dikutip oleh Parjoto, 2006)
3. Kontraindikasi
TENS
Kontrandikasi TENS menurut Jonhson (2000) yang dikutip oleh
Parjoto (2006) yaitu: kontraindikasi relatif hanya sedikit dan sebagian besar
hanya bersifat hipotetis karena data yang berhubungan dengan pernyataan
tersebut masih sangat sedikit. Meski demikian fisioterapi harus berhati-hati
sewaktu memberikan TENS pada kondisi (1)
epilepsi, (2) nyeri yang diagnosa kausanya belum jelas, (3) pasien dengan alat
pacu jantung, (4) kehamilan dan penempatan pada uterus. TENS jangan ditempatkan
pada (1) sinus karotikus, (2) pada kulit yang terbuka, (3) di dalam mulut, (4)
pasien dengan gangguan sensasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar